Bentuk-bentuk Jual Beli

Posted: Januari 26, 2012 in Bicara Syariah
Tag:, , , ,

Ulama Hanafiah membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga bentuk:

1. Jual Beli yang Sahih

Jual beli yang sesuai dengan disyari’atkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi. Sifatnya mengikat kedua belah pihak.

2. Jual Beli yang Batal

Apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyari’atkan. Diantara bentuknya: Jual beli sesuatu yang tidak ada (bai’ al-ma’dum), Jual beli yang mengandung unsur penipuan (gharar) & Jual beli benda-benda najis dan tidak mengandung makna harta, seperti bangkai.

3. Jual beli yang Fasid

Ulama Hanafiah membedakan jual beli fasid dengan batal. Jual beli fasid adalah akad yang secara asal disyariatkan, tetapi terdapat masalah atas sifat akad tersebut.Seperti jual beli Majhul (barang tidak dispesifikasi secara jelas) yang dapat mendatangkan perselisihan, menjual rumah tanpa menentukan rumah mana yang akan dijual dari beberapa rumah yang dimiliki.

JUAL BELI YANG DILARANG

1.Bai’ al-Ma’dum

Jual beli atas objek transaksi yang tidak ada ketika kontrak jual beli dilakukan, seperti menjual mutiara yang masih di dasar laut, menjual anak onta yang masih dalam kandungan

2.Bai’ Ma’juz al-Taslim

Jual beli dimana objek transaksinya tidak bisa diserah terimakan, seperti menjual merpati yang sedang keluar dari sangkarnya, menjual mobil yang dibawa pencuri

3.  Bai’ al Gharar

Jual beli yang mengandung unsur risiko dan akan menjadi beban salah satu pihak dan mendatangkan kerugian financial. Gharar berarti sesuatu yang wujudnya belum bisa dipastikan, di antara ada dan tiada , tidak diketahui kualitas & kuantitasny atau sesuatu yang tidak bisa diserah terimakan, yang termasuk jual beli gharar:

– Muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawah.

– Mukhadharah, menjual buah-buahan yang masih hijau (belum pantas dipanen)

– Mulamasah, jual beli secara sentuh menyentuh. Misal, orang yang menyentuh sehelai kain atau barang berarti dianggap/diharuskan membeli barang tersebut.

– Munabadzah/al-hashshah, jual beli secara lempar melempar, seperti seseorang berkata: “Lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada padaku.” Setelah lempar-melempar terjadilah jual beli.

– Muzabanah, jual beli barter yang diduga keras tidak sebanding, menjual buah yang basah dengan buah yang kering, seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah, sedangkan ukurannya dengan ditimbang, sehingga akan merugikan pemilik padi kering.

4. Bai’ ‘Inah.

Maksud jual beli ‘inah yaitu apabila seseorang menjual suatu barang dagangan kepada orang lain dengan pembayaran tempo (kredit) kemudian orang itu (si penjual) membeli kembali barang itu secara tunai dengan harga lebih rendah dari harga awal sebelum hutang uangnya lunas.

5.  Bai’atani fi Bai’ah

Dua akad dalam satu jual beli, tidak jelas akad mana yang dipakai. Atau menggantungkan satu akad dengan akad lain dalam satu jual beli tanpa ada kejelasan harga

6.  Bai’ Hadhir Libaad

Seorang Supplier dari perkotaan datang ke produsen yang tinggal di pedesaan yg tidak mengetahui perkembangan & harga pasar. Supplier akan membeli barang dari produsen dengan harga yang relatif murah, dan mereka  memanfaatkan ketidaktahuan produsen

7.  Talaqqi Rukban

Merupakan transaksi jual beli , dimana supplier mencegat produsen yang sedang dalam perjalanan menuju pasar dalam kondisi belum mengetahui harga pasar.

8.  Bai’ Najasy

Upaya mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menciptakan permintaan palsu.(Manipulasi demand)

Komentar

Tinggalkan komentar